Rabu, 07 Maret 2012

Saat Masih Gaptek

Diriku sekarang berbeda dengan diriku yang dulu. Mungkin beberapa orang melihat aku saat ini adalah orang yang lumayan memiliki beberapa keahlian komputer. Mungkin juga ada yang berpikir aku telah memiliki keahlian ini sejak masih sekolah. Perkiraan anda salah jika berpikir seperti itu. Aku sendiri berasal dari keluarga yang kurang mampu. Aku juga bukan seorang anak jenius, namun apa yang membuat aku bisa mengikuti perkembangan teknologi saat ini. Semua itu tidak lepas dari usaha keras disertai dengan ketekunan untuk terus belajar.

Aku bertanya-tanya dalam hati, mengapa temanku itu bisa sedangkan aku tidak bisa? Padahal kami sama-sama memiliki kesempatan untuk bersekolah. Mungkin temanku itu memiliki kelebihan dalam hal materi, sehingga ia dapat membeli fasilitas belajar yang lebih baik. Sedangkan aku, untuk jajan saja aku tidak ada uang cukup untuk membeli. Aku hanya bisa belajar dari buku-buku SMA tanteku yang disembunyikan di atas loteng (saat itu aku SMP).

Saat aku pertama kali mendengar istilah komputer, aku sangat kagum dengan namanya komputer. Bagaimana bisa alat semacam itu bisa mengerjakan pekerjaan manusia yang begitu sulit menjadi lebih mudah? Bagaimana orang bisa bermain game dan banyak multimedia di dalamnya? Aku hanya bisa berkhayal suatu saat nanti aku bisa belajar komputer.

Saat SMP aku belum ada kontak sama sekali dengan komputer. Walaupun beberapa temanku yang tergolong kaya sudah memiliki komputer. Di sekitar rumahku sendiri sepertinya belum ada yang memilki komputer saat itu. Jadi pada saat itu, komputer masih dianggap hal yang tabu.

Pada saat SD, pelajaran yang paling aku sukai adalah IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), karena di dalamnya aku belajar kelistrikan tentang baterai dan rangkaian listrik sederhana. Aku merasa begitu senang kalau sudah bertemu pelajaran yang ada praktikumnya. Pada saat SMP aku bertemu lagi dengan pelajaran yang berhubungan dengan listrik, yaitu fisika dan elektronika. Pelajaran elektronika ini adalah pelajaran muatan lokal di sekolahku. Aku sangat senang belajar elektronika, saat itulah pertama kali aku mengenal komponen elektronika seperti resistor, kapasitor dan transistor. Walaupun pengetahuanku belum begitu mendalam tentang elektronika. Di rumah aku sering membongkar radio untuk diambil komponennya dan aku gunakan untuk melakukan percobaan-percobaan elektronika.

Setamat dari SMP, aku melanjutkan sekolah di salah satu SMK di Parepare. Aku mengambil jurusan elektronika. Aku meninggalkan kampung halamanku dan tinggal di Parepare. Aku tinggal di kost, di sinilah aku belajar mandiri tanpa bantuan siapapun. Mungkin hal inilah yang membentuk kepribadianku untuk selalu berusaha dengan kemampuan sendiri.

Di sekolah ini aku mempelajari elektronika lebih dalam lagi. Aku dapat beradaptasi dengan pelajaran baruku karena sudah memilki dasar sejak SD. Aku mendapat pelajaran tentang pengukuran listrik, komponen elektronik, rangkaian digital, dan tentunya komputer. Di sinilah untuk pertama kalinya aku mengoperasikan komputer. Pembelajaran awal saat itu adalah menghidupkan dan mematikan komputer, pengenalan bagian-bagian komputer, dan mengetik.

Di ruang komputer kami hanya terdapat 20 perangkat komputer. Masih menggunakan layar tabung dengan CPU prosesor pentium III. Kesalahan yang sering aku lakukan saat itu adalah mematikan komputer dengan mencabut langsung colokannya. Aku ditegur oleh guru komputerku dan diajari cara yang benar. Kita juga diajari mengetik menggunakan Microsoft Word. Mengetik dengan 10 jari, walau aku sering masih pusing mana letak-letak hurufnya dan jari-jari bisa jadi kaku. Aku masih ingat yang diketik itu hanya huruf-huruf berpola sebagai latihan mengetik. Di mulai dari huruf dekat jari kelingking kiri hingga ke huruf dekat kelingking kanan.

Setelah pelajaran komputer biasanya ada diskusi bersama, pak guru memberikan pertanyaan seputar komputer. Bagi yang bisa menjawab dengan benar akan diberikan nilai. Tentu saja yang selalu menjawab adalah temanku yang ternyata seorang penjaga warnet. Dia sangat pintar masalah komputer, namun dia kalah kalau soal merakit rangkaian elektronik. Ada juga temanku yang sering mengajakku ke warnet untuk internetan. Kalau di warnet kami buka-buka Friendster dan chat di miRc. Temanku yang satu itu memang seorang playboy tengik. Dia cuma menggunakan internet untuk mencari pacar baru.

Saat ujian akhir pelajaran komputer, aku tidak menyelesaikan ketikan yang diberikan di lembar soal. Hal ini karena aku bingung terdapat karakter aneh (seperti tanda seru). Jelas saja aku tidak mendapatkan nilai tinggi. Pokoknya saat itu aku masih gaptek alias gagap teknologi komputer saat itu.

Pada saat PSG (Pelajaran Sistem Ganda), kami yang terdiri dari 8 orang memilih untuk magang di BLKI (Balai Lembaga Kerja Indonesia) Makassar. Jurusan yang diambil adalah teknik pertelevisian selama 6 bulan. Termasuk waktu yang cukup lama dan sedikit membosankan. Dari Parepare aku pindah tempat lagi ke Makassar. Aku tinggal di rumah om. Orang tuaku, om dan keluarganya tinggal di Sangatta. Yang tinggal di rumah itu adalah sepupuku dan istrinya. Kebetulan sepupuku itu memiliki komputer pentium III, komputer inilah yang sering aku mainkan (saat itu aku hanya menggunakan komputer sebagai bahan permainan).

Selama di Makassar aku sering ke kantor tetanggaku di kampung yang sekarang telah menjadi seorang konsultan teknik sipil. Di kantornya terdapat beberapa komputer yang aku gunakan kalau waktu kerja telah habis. Waktu itu aku hanya menggunakannya untuk main game, memutar musik/video, dan menginstal aplikasi. Di sana aku mempelajari bagaimana menginstal aplikasi, ternyata dibutuhkan file setup. Karena banyak aplikasi menarik aku copy semua di flash disk dan menginstalnya semua di komputer rumah.

Aku tidak tahu kalau komputer itu akan rusak gara-gara kemasukan virus. Karena panik aku mengopi 3 antivirus dan menginstal semuanya bersamaan di komputer itu. Aku berpikir semakin banyak antivirusnya maka semakin aman dari virus. Dan setelah menginstal semua antivirusnya, komputer itu tiba-tiba mati sendiri. Aku nyalakan, tidak bisa menyala lagi. Akhirnya komputer itu rusak gara-gara belum paham mengenai keseimbangan resource komputer dengan kemampuannya. Bayangkan saja komputer dengan prosesor pentium III diinstalkan dengan aplikasi yang berat-berat seperti: Photoshop, AVG, Avira, Kaspersky, dan game-game berat seperti Alien Shooter.

Pada masa itu memang aku masih gaptek dan memilki rasa ingin tahu yang tinggi. Apalagi setelah masuk kuliah di jurusan ilmu komputer Universitas Mulawarman.

0 komentar:

Posting Komentar

Tuliskan komentar anda seputar postingan di atas